Ini Tanggapan Dosen Sastra Arab USU Terkait Metode Pembelajaran Case Method dan Team Based Learning

"Pada awalnya, saya berpikir metode ini agak sulit diterapkan pada pembelajaran daring, tapi kendala-kendala yang dipikirkan sebelum ini bisa diatasi selagi dosen dan mahasiswa dapat berkomunikasi dengan baik. Sebagai contoh, dosen harus menyampaikan RPS-nya kepada mahasiswa agar mahasiswa dapat mempersiapkan kuliah dengan baik," jelas Windi.
Berdasarkan Buku Panduan Indikator Kinerja Utama (IKU) Perguruan Tinggi Negeri, kedua metode tersebut memiliki bobot 50% dari nilai akhir. Bahkan melebihi bobot nilai UTS dan UAS.
"Kalau saya setuju dengan persentase nilainya lebih besar dari nilai UTS dan UAS karena standarisasi capaian pembelajaran untuk tingkat pendidikan tinggi seharusnya ada di dalam prosesnya, bukan pada nilai akhir," ungkap Windi.Windi menambahkan, tanggapan yang diberikan mahasiswa cukup positif atas kehadiran dua metode pembelajaran baru ini. Hanya saja, tidak sedikit juga yang masih kebingungan dengan metode ini."Alhamdulillah, respon mahasiswa positif. Walaupun ada beberapa dari mereka yang bertanya-tanya mengenai prosesnya. Itu biasa, sesuatu yang baru perlu proses untuk mempersiapkannya," tutur Windi.Senada dengan Windi, Nursukma juga menuturkan bahwa respon yang diberikan oleh mahasiswa cukup baik, karena sejatinya seluruh kebijakan yang ditetapkan tentunya demi kepentingan mahasiswa itu sendiri."Apapun kebijakan yang dilakukan USU, FIB dan Prodi Sastra Arab itu harus memihak kepada kepentingan dan keberlanjutan mahasiswa dalam perkuliahan. Selama ini kebijakan yang dibuat tetap agar mahasiswa dapat memperoleh nilai terbaik. Jadi respon mahasiswa pun demikian juga halnya," tutup Nursukma.
Redaktur: Yessica Irene