Program "Freedom Space" untuk Anak-Anak Tunanetra di Pertuni (Persatuan Tunanetra Indonesia) Sumatera Utara oleh Mahasiswa Ilmu Kesejahteraan Sosial USU

Suara USU, MEDAN. Pada penelitian kali ini kami menggunakan model pembelajaran case method, yaitu pembelajaran partisipatif berbasis diskusi untuk memecahkan kasus atau masalah. Penerapan metode ini akan mengasah dan meningkatkan keterampilan berpikir kritis untuk memecahkan masalah, kemampuan berkomunikasi, berkolaborasi, dan kreativitas.
Kami mengangkat kasus mengenai Program "Freedom Space" untuk Anak-Anak Tunanetra di Pertuni (Persatuan Tunanetra Indonesia) Sumatera Utara Oleh Mahasiswa Ilmu Kesejahteraan Sosial USU dalam pemenuhan mata kuliah Metode Pekerjaan Sosial.
Kami mahasiswa FISIP USU jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial melakukan penelitian yang beranggotakan Nurul Muslimah (210902001), Juventus Simangunsong (210902039), Irena Anyndra (210902055), Enly Mariana Hasugian (210902071), dan Nabila Agustin (210902073), dengan dosen pengampu Fajar Utama Ritonga, S.Sos, M.Kesos.
Lokasi panti yang kami kunjungi berada di Sekretariat DPD Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) Sumatera Utara Jl. Sampul No. 28, Sei Putih Bar., Kec. Medan Petisah, Kota Medan, Sumatera Utara. Latar belakang didirikannya panti tersebut karena belum adanya pelayanan bagi mereka penyandang tunanetra di kota medan. Selain itu, karena pengalaman pribadi pemilik panti mengatakan bahwa ia melihat bagaimana orang tua yang malu memiliki anak tunanetra, dimana ketika tamu datang mereka mengurung anak nya di kamar.
Penyandang tunanetra merupakan salah satu disabilitas yang patut diperhatikan dan memberikan mereka ruang hidup yang lebih luas. Hal ini dikarenakan para penyandang disabilitas tunanetra juga memiliki potensi yang luar biasa. Dalam buku Pengantar Psikopedagogik karya M. Efendi (2008;44) disebutkan bahwa, Heyes seorang ahli pendidikan anak tunanetra telah melakukan penelitian terhadap kondisi kecerdasan anak tunanetra. Kesimpulan hasil penelitiannya sebagai berikut:
a. Ketunanetraan tidak secara otomatis mengakibatkan kecerdasan rendah,
b. Mulainya ketunanetraan tidak mempengaruhi tingkat kecerdasan,
c. Anak tunanetra ternyata banyak yang berhasil mencapai prestasi intelektual yang baik, apabila lingkungan memberikan kesempatan dan motivasi kepada anak tunanetra untuk berkembang,
d. Penyandang ketunanetraan tidak menunjukkan kelemahan dalam intelegensi verbal.
Oleh karena itu, kami mengangkat kasus ini untuk memberikan pelayanan dan tempat bagi penyandang tunanetra di kota medan untuk mengasah potensi dan mendapatkan penerimaan di masyarakat. Dan secara tidak lansung penelitian tersebut mengaskan bahwa penyandang disabilitas tunanetra tidak memiliki perbedaan dengan anak normal. Mereka juga memiliki kecerdasan yang dapat diasah dan dikembangkan.
Di lapangan, yang kami temukan adalah penyandang disabilitas dengan latar belakang yang berbeda. Hal yang menarik dari panti tersebut adalah dimana panti memberikan pelayanan kepada anak tunanetra maupun anak normal yang memiliki orang tua tunanetra.
Dalam mengatasi masalah anak anak tunanetra biasanya dihadirkan psikologi ke panti tersebut untuk menyelesaikan permasalahan mereka. Salah satu permasalahan anak di sana adalah kurang medapatkan perhatian dari orang tua nya, sehingga anak tersebut telat mendapatkan pendidikan. Di sinilah peran panti, yaitu dengan membantu anak tersebut mendapatkan pendidikan yang layak.
Selain itu, permasalahan yang ditemui adalah anak tersebut diterlantarkan oleh orang tua nya disebabkan ia menjadi salah satu penyandang tunanetra. Dan solusi yang diberikan oleh panti tersebut adalah, pengurus panti mengirim anak tersebut ke Tebing Tinggi untuk mendapatkan pendidikan yang berada di bawah naungan lembaga sosial.
Hal tersebut selaras dengan prinsip-prinsip umum pekerja sosial, yaitu:
- Prinsip Acceptance, yaitu penerimaan terhadap keadaan anak anak tunanetra dan anak anak normal tanpa membedakan mereka;
- Prinsip Individualisation, yaitu memandang bahwa setiap anak memiliki keunikan masing masing; dan
- Prinsip Partisipation, Yaitu yayasan turut serta berpartisipasi aktif dalam mengembalikan fungsi sosial si anak.
Kemudian pada penelitian kami menggunakan metode social group work. Dimana pada enelitian ini tujuan utama kami adalah membantu anak anak dalam menyembuhan disfungsi sosial mereka. Dan memberikan saran kepada yayasan untuk memperbaiki atau mengatasi masalah yang terjadi pada anak anak penyandang disabilitas tunanetra.
Sebagai mahasiswa ilmu kesejahteraan sosial, kami memberikan rekomendasi untuk yayasan panti tersebut yaitu, diharapkan agar yayasan juga memfasilitasi anak anak dengan pekerja sosial. Dimana pekerja sosial inilah yang nantinya dapat membantu setiap permasalahan yang dihadapi oleh anak anak panti. Kemudian, kami merekomendasikan program “Freedom Space” bagi anak anak panti.
Tujuan program ini adalah agar anak anak tunanetra mendapatkan tempat yang sama dengan anak normal di masyarakat. Selain itu, melalui program ini kami ingin membantu bagaimana supaya anak anak penyandang disabilitas tunanetra bisa berbaur dan bermain dengan anak anak yg normal melalui sekolah. Maka dengan adanya program ini, kami berharap panti tunanetra ini dapat menyediakan satu tempat bagi anak anak tunanetra dan anak anak normal saling berinteraksi dan menjalankan keberfungsian sosialnya tanpa perbedaan.
Lalu, pemberian pelatihan skill bagi anak anak panti yang bertujuan untuk persiapan mereka menghadapi tantangan dunia luar. Dengan pemperian pelatihan skill ini diharapkan anak anak panti dapat membuka lapangan kerja baru di masa depan nanti dengan skill yang telah mereka miliki.
Tim Penulis:
- Nurul Muslimah (210902001)
- Juventus Simangunsong (210902039)
- Irena Anyndra (210902055)
- Enly Mariana Hasugian (210902071)
- Nabila Agustin (210902073)