Sastra

Penulis: Widia Kutatap langit dengan penuh harap.. Ialah harapan yang tak mungkin tahu kapan akan lenyap.. Mungkinkah ia akan lenyap saat dipenghujung hayat? Atau ketika tidak ditemukannya lagi ruang untuk berharap? Kutatap langit sore itu.. Langit yang begitu menakjubkan.. Yang menyimpan berjuta harapan untuk segera diwujudkan.. Ia Memerlukan asa, perjuangan

; Oleh : Putri Miftahul Wulandari Rasanya baru kemarin Langkahku terasa asing Semua seolah bergeming Ah, sepertinya perjalanan akan panjang Rasanya baru kemarin Hati ini harap-harap cemas Keajaiban ataukah malapetaka Yang akan mampir dalam hidupku Rasanya baru kemarin Aku mengenal Sosok berhati malaikat Sosok berhati iblis Rasanya baru kemarin Aku merasakan Suka

Penulis : Muhammad Naufal Adly Sebelumnya di bagian kedua… … “Ad, kau tau? Adalah sebuah kesalahan, ketika kau bilang kalo istrimu dalam keadaan hamil.” “Kesalahan? Ahh..!” aku mengingat sesuatu. “Wah, iya juga ya. Gak terasa ya dia udah hamil sembilan bulan. Kau sih, jarang kasi kabar tentang dia.” “Kau hampir tidak pernah

Penulis : Mutiah Khairani Kau duduk di dekat kepalaku Sambil mengelus-ngelus rambutku yang kusut ntah kemana Kau kecup kening ku , Membangunkan aku dengan belaian yang lembut Tepat matahari di atas kepalaku Cacing yang mulai sibuk belari ke kanan ke kiri Bertanya-tanya kapan makan? Sambil melilit perut yang kosong tak berdaya ini

Sebelumnya di bagian pertama…<o:p></o:p> …<o:p></o:p> “Iss kan bercanda terus lah. Gini gini, masyarakat yang tinggal di perbatasan NTT dibunuh massal.”<o:p></o:p>Aku sedikit terkejut, “Wah, tragedi jenis baru

Kamu tahu apa itu prioritas?<o:p></o:p>Itu seperti berbicara soal apa dan siapa yang harus diutamakan<o:p></o:p>Ya. Itu berbicara soal pilihan.<o:p></o:p>Terlihat sederhana.<o:p>